Modernis.co, Malang – Mendekati hari raya Idul Fitri, transportasi antar kota, provinsi serta pulau biasanya mulai dipadati dan ramai. Tentu saja karena tradisi mudik lebaran yang hanya ada di Indonesia. Para perantau bersiap untuk pulang dan berjumpa dengan keluarga di rumah. Membawa sejumlah oleh-oleh dan hadiah yang sudah dibeli jauh-jauh hari sebelum mudik.
Namun, suasananya sedikit berbeda di lebaran 2020 tahun ini. Bandara Soekarno-Hatta, Stasiun Pasar Senen, dan Gambir serta pusat transportasi di Jakarta tidak seramai biasanya bahkan bisa dibilang sepi. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jadi salah satu faktornya.
Menyebarnya virus Covid-19 sejak awal Maret membuat pemerintah dituntut untuk bergerak cepat. Berbagai kebijakan dikeluarkan, bantuan hingga pembatasan. Tidak hanya di Jakarta, kebijakan terkait Covid-19 juga dikeluarkan oleh sebagian pemerintah daerah.
Terakhir, daerah Malang Raya yang akhirnya memberlakukan PSBB. Selain itu, pemberlakuan PSBB juga berujung pada pelarangan mudik lebaran 2020 oleh pemerintah pusat melalui Permenhub Nomor 25 Tahun 2020.
Sayangnya, masih banyak masyarakat yang bersikeras untuk mudik dan pulang ke daerah asalnya. Berbagai alasan dan cara dilakukan untuk bisa menerobos penjagaan yang ada di beberapa perbatasan kota. Padahal banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pulang dan mungkin menjadi penyebab menyebarnya virus mematikan pada keluarga dan kerabat dekat.
Aku Sehat dan Bebas Corona
Ada tiga kemungkinan yang terjadi jika kita terpapar dan terinfeksi Covid-19. Sama sekali tidak bergejala, gejala ringan seperti batuk, dan yang terakhir gejala berat yang menyerang sistem pernafasan.
Dilansir dari BBC News, Tri Yunis Mako Wahyono, pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) menyatakan bahwa mungkin saja kita terinfeksi namun sama sekali tidak merasakan sakit. Hal ini tergantung berapa jumlah virus dan sekuat apa kekebalan tubuh kita masing masing.
Jadi, tidak ada jaminan bahwa kita benar-benar bersih dan bebas dari Corona. Kita mungkin tidak sakit, tapi apakah yakin kita tidak membawa virus tersebut dan akhirnya menularkannya ke daerah tempat asal kita? Pada dasarnya, setiap orang punya peran penting dalam memutus rantai penularan Covid-19 yang sedang terjadi saat ini.
***
Minimnya Fasilitas Kesehatan Daerah
Terlepas dari tingginya angka positif Covid-19 di Jakarta yang mencapai 5.774 per 16 Mei 2020, jumlah rumah sakit di Jakarta bisa dibilang masih memadai. Berdasarkan data yang diambil dari katadata.com per Maret 2019, jumlah rumah sakit yang ada di DKI Jakarta berjumlah 203.
Bandingkan dengan jumlah rumah sakit yang ada di daerah seperti Sulawesi Selatan yang hanya 106, Kalimantan Barat sejumlah 48, atau bahkan Gorontalo yang hanya 14 rumah sakit.
Tidak perlu jauh-jauh, kita bisa melihat Jawa Tengah dan Jawa Timur misalnya. Memang benar, jumlah rumah sakit kedua provinsi ini lebih banyak ketimbang DKI Jakarta.
Tapi jangan lupa bahwa DKI memiliki luas yang terbilang lebih kecil. Sementara Jawa Timur dan Jawa Tengah memilih luas wilayah yang besar. Belum lagi jika kita membandingkan fasilitas dan teknologi, DKI Jakarta relatif lebih bagus ketimbang provinsi lainnya.
Rindu Tidak Harus Bertemu
Periode 2010-an menjadi awal berkembangnya teknologi terutama dalam bidang gawai. Kita bisa menemukan berbagai merek dan inovasi terbaru untuk bisa saling berkomunikasi. Hasil dari perkembangan inilah yang bisa kita gunakan di saat pandemi seperti ini. Kita tidak perlu bersikukuh untuk mudik dan pulang ke kampung halaman.
Melalui teknologi gawai yang modern, kita bisa “bertemu” melalui berbagai platform. Cukup nyalakan gawai, pilih aplikasi favorit dan kita bisa langsung bertemu serta mengobrol dengan kerabat serta sahabat. Rindu tidak harus selalu bertemu, bukan?
Bersilaturahim memang baik dan mendatangkan rejeki. Terlebih lagi menyambung kebersamaan dengan keluarga di kampung halaman. Bertemu teman lama dan kerabat dekat.
Tapi, apakah kita yakin mau bersilaturahmi di tengah pandemi seperti saat ini? Alih-alih rejeki yang akan kita raih, malah sebaliknya, masalah dan penyakit yang akan menginfeksi.
Oleh; Hassanalwildan Ahmad Zain (Alumnus Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Malang)